Yakin aja, kamu bisa, kok. Tadi itu udah bagus.
Itu kalimat yang telah diucapkannya berkali-kali untuk menghiburku. Apa sih yang membuat mereka yakin kalau aku layak bergabung dalam tim paskibra tahun ini? Sialan si Heny, bisa-bisanya dia mengundurkan diri di saat hari kemerdekaan tinggal dua minggu lagi, lalu seenak hatinya menjadikan aku sebagai penggantinya.
Aku mencoba membalas senyum kak Mika yang telah berbaik hati mau menjadi pelatihku sejak hari pertama bergabung. Meskipun aku masih merasa kesal dengan temannya, kak Nero si ketua osis yang kerjaannya hanya menertawakan kesalahan yang aku lakukan dalam setiap gerakan. Sekarang kak Mika malah ikut-ikutan tertawa karena melihatnya.
Jujur saja, ditertawakan karena kesalahan itu tidak enak. Diliputi perasaan kesal, aku beranjak menuju kursi panjang di tepi halaman, lalu duduk di salah satu ujungnya. Saat menunduk entah mengapa kepalaku terasa berputar, disusul rasa mual yang bergolak di dalam perutku. Ternyata kak Mika memperhatikan, ia melangkah mendekatiku.
Sebelumnya, seorang gadis yang tak kukenal memanggil kak Mika untuk duduk bersamanya di sisi lain lapangan. Tapi cowok itu hanya tersenyum lalu duduk di sampingku. Berikutnya aku mendapatkan tatapan tidak sedang dari para gadis di lapangan ini. Tentu saja karena kak Mika adalah salah satu prince charming di sekolah.
"Maaf ya, tadi kakak cuma becanda." ia menatap wajahku dengan senyum berlesung pipinya, aku hanya mengangguk kecil. "Muka kamu agak pucat, mau aku anterin ke UKS?" ia bertanya sambil menyentuh bahuku dengan hati-hati, nada suaranya terdengar khawatir. Aku hanya menggeleng kecil.
"Nanti aku anterin pulang, yah?" tawarnya lagi setelah mengambilkan sebotol air putih untukku.
"Ciee..Mika lagi pdkt!" seru kak Nero dari tengah lapangan. Suaranya yang lantang itu berhasil menarik perhatian murid lain yang sedang latihan. "Dit! Si Mika itu naksir kamu, kemarin dia cerita sama aku."
Aku menatapnya tak percaya. Kak Mika langsung salah tingkah, ia tampak begitu gugup, meski ia berusaha keras untuk menutupinya. Sekarang aku mengerti kenapa ia selalu berada di dekatku. Kenapa ia selalu membuatku tertawa saat aku mulai putus asa dengan kemampuan paskibraku yang sama sekali nol. Ternyata semua karena itu.
Notes:
Ada dua orang yang telah berjasa di sini, pertama Heny. Kalau bukan karena kamu ngundurin diri, aku gak bakal sedekat itu dengan Mika. Mengingat saat itu dia kelas tiga, yang mulai sibuk dengan urusan negara. Thank's ya :)
Kedua kak Nero, kamu beruntung kak, karena aku masih bisa nahan hasrat untuk ngelempar sepatu aku ke wajah kakak. Tapi karena mulut kakak yang agak ember itu, aku jadi tahu rahasia kecil Mika :P
Dan Mika, hmm..mungkin kamu gak akan baca tulisan ini. Tapi aku masih ingat saat kita berbagi kentang goreng sepulang sekolah. Saat kamu nyanyiin lagu itu di acara pensi sekolah. Saat kamu ngucapin kata itu. Maaf karena dulu aku pernah ngecewain kamu. Di atas segala penyesalan yang tak sempat terucap, thank's buat saat-saat itu, meskipun kamu sekedar numpang lewat dikehidupan aku.
Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
Standing in front of you, saying i'm sorry for that night.
(Back to December - Taylor Swift)
Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
Standing in front of you, saying i'm sorry for that night.
(Back to December - Taylor Swift)
No comments:
Post a Comment