Wednesday, 8 April 2015

Guardian Angel

I'll be there for you through it all, even if saving you sends me to heaven.

Bintang menyelesaikan lirik lagu terakhirnya. Karena dia, aku jadi jatuh cinta dengan lagu ini. Angin yang tak henti-hentinya bertiup di pesisir pantai membuat rambutku acak-acakan. Ia meletakkan gitarnya di atas pangkuan. Matanya menatapku dengan sorot geli.

"Apa?" tanyaku penasaran. Sesekali melirik ke belakang untuk memastikan ia memang menatapku.

"Kamu mirip sadako." Ia tertawa mengejek. Lalu dengan lembut mengacak-acak rambutku. Itu sebuah pujian yang menyenangkan, terdengar tak wajar tapi aku tetap menyukainya karena ia memiliki selera yang sama denganku. Aku balas mengacak rambutnya yang mulai panjang.

Lalu terdengar gemuruh petir di ujung sana, di garis batas antara laut dan langit. Beberapa saat kemudian hujan turun begitu deras. Kami segera berlari ke bawah pondok yang di bangun di sepanjang pesisir pantai untuk berteduh. Bintang kembali membungkus gitarnya dengan cepat. Aku sedikit iri melihat ia memperlakukan benda itu lebih istemewa dariku. Tepat di saat angin yang begitu dingin bertiup kencang, rinai hujan menyusup ke bawah atap pondok dan membasahi kami. 
Ia mengajakku kembali ke dalam mobil di parkiran yang berada beberapa meter dari sini. 

Aku merasa enggan, sampai ia membuka kaos polosnya untuk dijadikan sebuah pelindung bagiku. Aku segera berlari menembus hujan, bersama ia yang bertelanjang dada. Diam-diam aku mengumpat betapa luasnya tempat ini. Lewat tangannya yang merangkul bahuku, aku tahu ia kedinginan. Dan aku merasa bersalah.

Sampai di dalam mobil, aku segera mengeluarkan handuk yang memang aku siapkan di dalam tas untuknya. Ia langsung membungkus tubuhnya yang menggigil rapat-rapat. Lalu menatapku dengan wajah yang memucat dan bibir yang gemetar.

"Maaf, ya." Bisikku pelan. Ia tertawa kecil, menggenggam kedua tanganku di dalam tangannya yang terasa sedingin es.

"Biar aku aja yang demam," Ucapnya dengan nada bercanda, aku memaksakan seulas senyum saat mendengarnya karena masih merasa bersalah. "Kalau kamu yang demam pasti cerewet kayak emak-emak."

Meskipun tidak terima dengan perkataannya, di saat yang sama aku merasa tersanjung. Toh, aku juga tertawa. Dan kami kembali saling mengejek dengan jemari yang saling bertaut. 

Notes:
Karena hujan itu, liburan di pantai jadi lebih menyenangkan meskipun akhirnya kamu demam beneran. R, you're my macaroni for my cheese. :D

No comments:

Post a Comment