Monday, 20 October 2014

Hujan


Satu persatu orang-orang datang berlarian ke arahnya. Melindungi diri mereka dari hujan dengan berbagai benda. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah seorang pria yang baru saja turun dari sepeda motor tak jauh dari tempat ia berdiri. Pria itu mengenakan sepatu reebok pump warna putih. Seluruh pakaiannya basah kuyup, kecuali sebuah benda yang dilindunginya dibalik jaket parasut biru terang. Wanita muda itu masih memperhatikan gerak-gerik pria itu. Ia sedikit terpesona ketika pria itu menyisir rambut sebahunya dengan semua jarinya ke belakang. Lalu, ada perasaan tak asing mendekatinya. Tanpa sadar, ia berjalan mendekati pria itu. Semakin ia mendekat, perasaan tak asing itu semakin kuat. Ia mengenali pria itu. 
"Mira?" Ucap pria itu dengan ragu ketika mata mereka bertemu pandang.
"Kamu Mira, kan?" Tanyanya sekali lagi, Mira sedikit terkejut ketika pria itu menyebut namanya. Ya, ia tidak salah. Mereka memang pernah saling mengenal.
"Ini aku, Andre. Kamu gak ingat?" Tanyanya sekali lagi. Mira masih terdiam. Memorinya sedang berputar dengan cepat. Mencari kenangannya bersama Andre. Ingatannya berhenti di sebuah tempat kecil yang tersembunyi dari siapa pun. Bahkan dari dirinya sendiri.
Tiga belas tahun yang lalu, saat mereka masih berstatus murid sekolah dasar. Andre adalah objek tempat ia melampiaskan k ekesalannya. Tapi Andre tak pernah marah atau membalasnya. Ia justru merasa senang, ketika murid perempuan lainnya memuja ketampanannya, Mira justru melakukan sebaliknya.
"Aku heran, kamu gak pernah marah kalau aku jahatin kamu, kenapa?" Tanya Mira saat mereka berjalan kaki sepulang sekolah.
"Aku juga gak tahu, Mir. Tapi, kata mama aku, kalau ada orang lagi marah-marah, kita harus tenang."
Mira hanya mengangguk tak mengerti.
Sekarang ia mengingatnya. Ia tetap tampan seperti ingatannya dulu. Lalu timbul perasaan hangat di benaknya. Ia berlari kecil memeluk Andre. Pria itu sedikit kaget karena Mira memeluknya di depan semua orang. "Apa kabar? Udah berapa lama ya kita gak ketemu?" Tanya Andre disela senyumnya "Belasan tahun mungkin. Udah lama banget, aku jadi kangen masa kecil dulu." Ucap Mira terkekeh "Sekarang kamu feminim ya? Gak se-tomboi dulu," Ledeknya, matanya menatap wajah Mira dengan teliti. "Kamu udah berubah sekarang," Sambungnya. Mira merasa sedikit malu dengan kelakuannya terhadap Andre waktu kecil. "Yah, mau gimana lagi? Waktu terus berjalan, kan? Ngomong-ngomong, kamu juga berubah, Dre." Mira menatap wajah Andre yang masih basah oleh hujan. Ia teringat dengan tisu di dalam tas tangannya. Tanpa berkata, ia mengelap wajah Andre dengan tersenyum. "Kamu, nungguin siapa di sini?" Tanya Andre ketika Mira menyerahkan tisunya. Mira terdiam sejenak, "Calon tunangan aku," Raut wajahnya berubah muram. "Kenapa kamu jadi sedih, gitu?" Andre merasakan sesuatu yang menjanggal hatinya, sesuatu yang sudah terlalu lama ia pendam hingga terlupakan, kembali menyeruak dibenaknya. "Aku dijodohin, aku gak suka sama dia." Wajah Andre berubah gusar. Baru saja ia bertemu dengan wanita yang telah lama hanya menjadi bayangan baginya. Sekarang ia harus melepaskannya lagi. "Kamu gak bisa nolak?" Usul Andre, meskipun ia tahu itu tak mungkin. "Aku udah nolak dari awal, Dre. Kalau aja rencana aku bisa dijalankan, mungkin orang tua aku gak akan ngejodohin aku dengan dia lagi." "Rencana?" Perasaan bingung dan penasaran bergulat di depan matanya. Apa ia bisa membantu Mira? "Aku harus punya calon suami sendiri. Saat itu, mereka gak akan berani jodohin aku lagi, Dre. Kata mereka, aku terlalu lama sendiri, terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan sampai-sampai lupa dengan kewajiban menjadi istri." Mira tersenyum miris. Seandainya Andre tahu apa yang ia rasa, mungkin ia tak perlu mengalami ini semua. Suara klakson dari sebuah mobil kijang kehijauan terdengar dibunyikan berkali-kali. Mira memberi isyarat pada Andre bahwa jemputannya telah datang. Andre melihatnya berlalu dengan perasaan bergetar. Ia tak bisa melepaskannya lagi. Ia harus melakukannya. Seandainya ia tahu apa yang dipikirkan Mira, mungkin ia tak perlu bersusah hati saat ini. Mira melepaskan jasnya sebagai pelindungnya dari tetesan hujan deras. Ia masih mengingat kata-kata Andre barusan. "Rencana kamu, akan kita wujudkan nanti."

No comments:

Post a Comment